Pertumbuhan Ekonomi Rusia Menguat Walau Terkena Sanksi Barat

Pertumbuhan Ekonomi Rusia Menguat Walau Terkena Sanksi Barat

Melesatnya pertumbuhan ekonomi Rusia tertera dalam laporan Bank Dunia terbaru. Awalnya negara yang beribukota di Moskow ini hanya berpenghasilan menengah atas. Tapi kemudian menjadi berpenghasilan tinggi sehingga dipastikan menguat.

Hal ini mengherankan banyak pihak karena sanksi berbondong-bondong datang. Bahkan berasal dari Amerika Serikat, Uni Eropa hingga Inggris. Penetapan ini diberlakukan mengingat Rusia sudah menginvasi Ukraina selama 2 bulan.

Sanksi Terhadap Rusia dan Dampak yang Dirasakan Negara Hingga Masyarakat

Nilai pertumbuhan ekonomi Rusia semakin menguat walau diterpa sanksi barat. Bahkan ekonomi dinilai tambah kaya raya dan jauh dari kata kebangkrutan.

Penerapan sanksi terhadap negara Beruang Merah diberikan setelah sepekan kematian Alexei Navalny selaku pemimpin oposisi. Sanksi ini diberlakukan karena tindakan agresi. Artinya terdapat pelanggaran hukum internasional yang dilakukan.

Tindakan ini menjadi yang terberat karena menghindari perang. Meski begitu faktanya pertumbuhan ekonomi Rusia tidak terganggu sama sekali. Padahal AS memberikan sanksi terhadap 500 perusahaan lokal dengan sasaran mesin perang.

Lalu ada juga pembatasan ekspor terhadap lebih dari 100 perusahaan maupun individu. Khususnya dengan kemampuan negara ini dalam memproduksi senjata. Hukuman juga diberikan pada pemenjara Alexei Navalny yang telah meninggal.

Sementara itu Inggris melakukan pembekuan terhadap enak petinggi penjara tempat Alexei tinggal sebelum tewas. Bahkan memberlakukan larangan penerbangan ke Inggris. Larangan terhadap ekspor permata, energi dan logam juga diberikan.

Lalu Uni Eropa memberikan hukuman terhadap 200 lebih organisasi maupun individu yang berkaitan dengan Rusia. Terutama yang membantu mendapatkan berbagai senjata. Begitu juga dengan pihak yang mengambil anak-anak dari Ukraina.

Awalnya pertumbuhan ekonomi Rusia diperkirakan tidak pernah terjadi. Apalagi sejak invasi pada Februari 2022 membuat banyak negara memberlakukan larangan. Termasuk Australia, Jepang hingga Kanada cukup keras memberikan sanksi.

Bahkan kemudian membuat cadangan mata uang asing Rp. 5.473 triliun milik Rusia dibekukan. Selain itu ditambah dengan 70% aset bank lokal juga dibekukan. Lalu dikeluarkan dari Swift sebagai lembaga keuangan.

Industri minyak juga menjadi sasaran utama karena larangan minyak bumi atau gas. Larangan impor minyak mentah melalui laut juga diberlakukan Uni Eropa. Hal ini ditujukan agar pendapatan negara menurun.

Sanksi Barat Malah Membuat Pertumbuhan Ekonomi Rusia Tumbuh Kaya Raya

Invasi Rusia terhadap Ukraina membuat Amerika Serikat dan Eropa tidak tinggal diam. Sanksi ekonomi dijatuhkan dengan tujuan invasi segera dihentikan. Tapi setelah dua tahun berlalu, faktanya kekuatan ekonominya masih tangguh.

Kehebatan pertumbuhan ekonomi Rusia juga didukung bantuan militer Iran hingga Korea Utara. Rekayasa kreatif yang dilakukan juga ikut membantu. Contoh dari sektor semi-konduktor berupa kulkas atau perangkat rumah tangga lainnya.

Pencabutan semi-konduktor beserta chip dilakukan pada berbagai barang rumah tangga. Kemudian memanfaatkan sebagai peralatan militer. Tidak sedikit perusahaan melakukan boikot karena masalah ini termasuk LG hingga IKEA.

Selain itu ada lebih dari seribu merek lainnya memberikan pembatasan kegiatan bisnis. Tidak sedikit juga yang memutuskan meninggalkan negara tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, penguatan kerja sama dengan Tiongkok dilakukan.

Hal ini menyebabkan ekspor Tiongkok menuju Rusia meningkat lebih dari 120%. Imbalannya yaitu minyak dari Rusia terus mengalir menuju Tiongkok. Sektor ekspor impor kedua negara menemukan keuntungan yang sama-sama besar.

Sebenarnya sanksi juga pembekuan Bank Sentral membuat harga minyak dibatasi. Tapi ternyata pertumbuhan ekonomi Rusia dapat terjadi dengan mulus. Banyak langkah dan strategi tepat diberlakukan demi mengatasi situasi terburuk.

Dalam mengatasi sanksi, pemerintah setempat juga membawa barang dari negara tetangga. Misalnya Belarus, Georgia hingga Kazakhstan. Sanksi IMF juga hadir, tapi pertumbuhan secara ekonomi meningkat dari 1,1% hingga menjadi 2,6%.

Rahasia Ekonomi Kuat Rusia Meskipun Terkena Sanksi AS dan Eropa

Ketangguhan pertumbuhan ekonomi Rusia menjadi bukti jika negara ini masih termasuk adidaya. Padahal terdapat hingga 15.000 sanksi diberikan sepanjang 2 tahun lamanya. Kreativitas dan kerja sama bukan satu-satunya jalan keluar.

Melakukan Rusia juga membuka kawasan wisatanya sehingga semakin dipenuhi pengunjung dari berbagai negara. Contohnya pada kawasan Moskow yang dipenuhi warga asing. Kebanyakan berasal dari Asia maupun wilayah Timur Tengah.

Wisatawan mendatangi wilayah Kremlin Moskow karena penuh dengan legenda. Belum lagi menjadi tempat persemayaman Lenin selaku tokoh komunis Soviet terbesar. Pemahaman terhadap Karl Marx menjadi cikal bakal Marxisme-Leninisme.

Dari berbagai sudut terdapat kumpulan anak muda Arab mengenakan pakaian khas. Lalu bergerak bernyanyi dan berdansa dengan musik khas Arab. Tidak sedikit warga lokal atau wisatawan lainnya mengabadikan dengan smartphone.

Bukti pertumbuhan ekonomi Rusia juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-hari yang terus berjalan. Misalnya area perbelanjaan, kafe atau restoran yang tidak berhenti beroperasi. Berbagai sudut kota visualnya artistik dan cantik.

Potensi wisata masyarakat muslim juga meningkat karena banyak tempat makan halal. Menemukan live music dan pertunjukan jalanan juga tidak sulit. Kotanya terlihat bersih, rapi, tertin serta teratur dari berbagai sisi.

Layaknya kota yang bukan dalam keadaan perang atau sanksi. Moskow tetap terlihat modern dan tidak terpengaruh sama sekali. Tidak sedikit wisatawan dari luar negeri kaget karena banyak praduga buruk.

Jika melihat bayangan sanksi yang diberikan, tentu kejatuhan ekonomi mudah terjadi. Termasuk secara alami stagnan serta inflasi terus meningkat. Tapi faktanya pertumbuhan ekonomi Rusia menguat ditengah invasi yang berlanjut.