Penyebab Perang Sampit adalah terjadinya kerusuhan antar suku pada tahun 2001 di Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Tengah. Peristiwa ini terjadi sepanjang tahun, mulai dari 18 Februari 2001 yang meluas hingga ke seluruh provinsi.
Konflik ini bahkan meluas hingga ibu kota provinsi yaitu Palangkaraya. Kerusuhan melibatkan dua suku yaitu Dayak asli dan Madura sebagai pendatang dengan status transmigran. Konflik pecah ketika sejumlah warga Dayak menyerang dua orang Madura di tahun 2001.
Penyebab Perang Sampit Tahun 2001
Sebagai salah satu peristiwa penting di Indonesia dan memberikan beberapa dampak pada aspek kehidupan, Perang Sampit terjadi bukan tanpa sebab. Akibat dari kerusuhan ini, menyebabkan 500 warga Madura mengalami kematian.
Lebih dari 1000 orang kehilangan tempat tinggal di Kalimantan. Untuk penyebabnya sendiri, ada beberapa insiden sebelumnya yang menjadi latar belakang peristiwa. Sebelum tragedi di tahun 2001, pada tahun 1996 dan 1997 juga sempat terjadi konflik dengan 600 korban.
Sementara untuk penyebab Perang Sampit terbagi menjadi beberapa faktor. Termasuk di dalamnya yaitu sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Untuk faktor sosial meliputi kehidupan warga asli Dayak yang mempunyai pandangan negatif pada pendatang Madura.
Salah satu alasannya adalah karena ada banyak orang Madura yang menjadi preman di tempat umum. Bahkan beberapa juga bertindak sebagai kriminal, termasuk melakukan pencurian serta berbagai tindakan kriminal lainnya.
Alasan lainnya karena adanya anggapan jika warga pendatang Madura suka menyerobot tanah utamanya milik warga lokal. Alasan lainnya yaitu berkaitan dengan ekonomi. Meski menjadi pendatang, banyak transmigran menguasai perekonomian di kota.
Beberapa bahkan berhasil menjadi pengusaha serta menguasai berbagai sektor ekonomi. Termasuk menjadi buruh, pedagang besar, hingga tuan tanah. Penyebab Perang Sampit secara ekonomi adalah warga lokal yang tidak bersaing dengan para pendatang.
Dari segi politik juga memberikan alasan, karena berhasil menguasai ekonomi maka banyak orang Madura yang menguasai pemerintahan. Berbagai profesi seperti polisi, guru, PNS, hingga anggota DPRP banyak oleh warga pendatang.
Latar Belakang Konflik Suku Dayak dan Pendatang Madura
Kedatangan warga Madura ke Kalimantan bermula pada program transmigrasi pemerintahan Hindia-Belanda yang terus berlanjut hingga Indonesia merdeka. Program tersebut terjadi sejak tahun 1930-an.
Pada tahun 2000, presentasi transmigran cukup besar mencapai 21% dari populasi yang ada di Kalimantan Tengah. Hal tersebut juga menjadi penyebab Perang Sampit akibat suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang semakin agresif.
Bahkan muncul hukum baru yang memberikan peluang bagi warga Madura dalam mengendalikan berbagai sektor industri utamanya komersial di Kalimantan Tengah. Ada cukup banyak cerita yang menjadi latar belakang dari kerusuhan ini.
Termasuk di dalamnya yaitu klaim mengenai adanya pembakaran terhadap rumah warga Dayak. Hal tersebut membuat sekelompok warga lokal mulai membakar pemukiman orang Madura.
Ada juga klaim bahwa konflik yang terjadi sebagai upaya dalam mempertahankan harga diri warga lokal setelah mengalami penyerangan. Cerita lainnya mengatakan jika ada juga orang Dayak dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di akhir 2000.
Konflik yang terjadi jadi salah satu peristiwa cukup kelam dalam sejarah Indonesia. Terutama peristiwa ini terjadi setelah reformasi. Kejadian awal terjadi di Sampit yang selanjutnya berkembang ke banyak daerah lain di Kalimantan Tengah.
Konflik tidak terjadi begitu saja, ada penyebab Perang Sampit jadi latar belakang dari peristiwa tersebut. Berbagai bibit konflik timbul sejak lama terutama setelah warga Madura melakukan transmigrasi ke Kalimantan Tengah.
Sementara itu, dengan orang Madura menguasai berbagai sektor ekonomi maupun pemerintah jadi akar utama dari konflik. Di sisi lain, sebagai pendatang, warga Madura juga dianggap tidak menghormati orang lokal.
Dampak dan Penyelesaian Konflik
Dampak dari konflik tersebut membuat setidaknya 500 orang Madura tewas sepanjang tahun 2001. Bahkan karena skala kerusuhan terlalu besar aparat kepolisian serta militer tidak bisa mengendalikan keadaan di Kalimantan Tengah.
Pasukan bantuan juga dikirim untuk membantu mengendalikan keadaan pada provinsi ini. Pada 18 Februari suku Dayak telah berhasil menguasai Sampit ketika peristiwa berlangsung. Kerusuhan dalam skala besar terus terjadi hingga sepanjang tahun.
Imbas dari Perang Sampit berakibat ke berbagai sektor. Baik itu perekonomian maupun sosial juga sangat berdampak. Sepanjang peristiwa banyak toko, kios, hingga pasar harus tutup akibat terjadinya kerusuhan.
Penutupan berbagai kios dan toko tersebut berguna untuk menghindari terjadi penjarahan maupun tindakan kriminal lainnya. Karena penyebab Perang Sampit adalah konflik dengan orang Madura, maka penjarahan lebih banyak terjadi akibat aset yang ditinggalkan.
Akibat dari peristiwa ini, banyak orang kehilangan mata pencaharian maupun rumah sehingga semakin muncul kesenjangan sosial. Selain materi, masyarakat juga mengalami kerugian lainnya. Termasuk orang-orang yang terluka bahkan harus mengungsi.
Sementara itu, dari segi penyelesaian konflik terlalu rumit untuk selesai secara hukum. Meski polisi berhasil menangkap beberapa orang provokator. Untuk penyelesaiannya sendiri terjadi secara sosial maupun budaya.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat antar suku mulai saling toleransi terhadap satu sama lain. Orang Madura semakin menghargai masyarakat Dayak sebagai warga lokal. Persaingan dari segi ekonomi juga lebih sehat.
Peristiwa di Sampit jadi pembelajaran cukup penting mengenai sikap saling menghargai antar suku. Sementara itu, banyak penyebab Perang Sampit yang menjadi pemicunya termasuk masalah beberapa tahun sebelumnya.