Potensi ekonomi Indonesia tembus 5% menjadi kabar gembira. Apalagi dengan proyeksinya yang lebih positif dibandingkan tahun lalu. Padahal masih muncul ketidakpastian serta dinamika global yang berisiko menjadi hambatan.
Tapi dengan potensinya dapat menembus angka yang baik dapat menyebabkan kemunculan dampak meyakinkan. Apalagi dipengaruhi transformasi struktural, proyeksi lembaga internasional hingga pengumuman ekonomi tahun 2025.
Ekonomi Indonesia Tembus 5% Meski Muncul Ketidakpastian dan Dinamika Global
Pada data triwulan III-2024, RI sukses tumbuh sebanyak 4,95% secara tahunan. Padahal sebenarnya tengah menghadapi ketidak pastian dan dinamika ekonomi yang besar sehingga menyebabkan kewaspadaan besar.
Meski begitu dengan kabar ekonomi Indonesia tembus 5%, terdapat inflasi terkendali pada rentang 2,5% yaitu 1,71% di Oktober 2024. Kinerja ekonomis tetap solid karena dengan pertumbuhan positif pada komponen pengeluaran.
Sementara itu, diproyeksikan tumbuh 5,08% secara tahunan dalam triwulan IV-2024. Kemudian sukses tumbuh 5,05% secara tahunan sepanjang 2024. Hal ini menyebabkan potensi menembus nilai lebih tinggi di 2025 dapat tercapai.
Pertumbuhan dapat terjadi karena aktivitas konsumsi yang terus meningkat. Belum lagi dipengaruhi dengan faktor berkaitan dengan belanja akhir tahun dari pemerintah. Khususnya demi kebutuhan pembangunan atau program lainnya.
Hal ini juga berkaitan dengan infrastruktur maupun program rutin yang sudah rutin dilakukan. Sebenarnya dipengaruhi juga karena dampak pemilihan umum kepala daerah. Ternyata dapat memengaruhi kinerja ekonomi di akhir tahun.
Proyeksi ekonomi Indonesia tembus 5% diikuti kinerja investasi membaik pada akhir 2024. Penyebab lainnya yaitu karena kinerja perekonomian pada akhir 2024. Khususnya pada sisi ekspor di mana mampu menembus 5%.
Selain itu, dapat ditopang pemerintah yang konsisten pada komoditas ekspor. Contohnya produksi kelapa sawit maupun batu bara yang masih besar. Hal ini juga dipengaruhi dengan produksi besi, baja sampai nikel.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan sebanyak 5% bukanlah tanpa alasan. Apalagi telah meyakini adanya perkembangan kinerja perdagangan Indonesia. Termasuk membaiknya Purchasing Manager’s Index pada akhir tahun 2024.
BPS Sebelumnya Mengumumkan Ekonomi Republik Indonesia 2025 Akan Deflasi
Sebelum kemunculan proyeksi ekonomi Indonesia tembus 5%, Indeks Harga Konsumen mengalami deflasi 0,76% pada Januari 2025. Kepastian kehadiran deflasi telah disampaikan oleh Plt. BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.
Deflasi 0,76% yaitu penurunan IHK dari 106,80 di Desember 2024, kemudian menjadi 105,99 di Januari 2025. Deflasi bulanan muncul karena kebijakan pemerintah memberikan diskon tarif listrik 50% pelanggan PLN 2200VA.
Selain itu, terdapat keputusan kenaikan harga BBM nonsubsidi hingga kenaikan harga eceran produk tembakau. Belum lagi ditambah curah hutan kriteria menengah maupun di atas normal yang memengaruhi produksi hortikultura.
Deflasi pada dasarnya menjadi kondisi penurunan harga barang maupun jasa secara umum pada jangka waktu tertentu. Sesuai dengan namanya merupakan kebalikan inflasi. Artinya ada kenaikan harga secara terus menerus.
Meski diperkirakan ada ekonomi Indonesia tembus 5%, Amalia menyebutkan hal ini sama dengan yang terjadi pada September 2024. BPS mencatatkan penyumbang terbesar deflasi bulanan yaitu air, perumahan, listrik hingga BBM.
Apalagi deflasinya dapat mencapai 9,16% yang memberikan andil deflasi sebanyak -1,44%. Realisasi ekonomi pada Januari 2025 masih di luar perkiraan banyak analis. Apalagi sebelumnya memperkirakan akan terjadinya inflasi.
Meski begitu secara keseluruhan sebenarnya inflasi masih terjaga dengan baik. Ternyata tidak dipengaruhi faktor musiman seperti permintaan tinggi. Terlebih dipengaruhi kebijakan moneter proaktif BI untuk stabilitas harga.
Transformasi Struktural dan Proyeksi Lembaga Internasional Terhadap Ekonomi RI
Proyeksi ekonomi Indonesia tembus 5% telah dipantau dalam satu dekade terakhir. Sejak tahun 2014 sampai triwulan III-2024 tetap terdapat pertumbuhan jangka panjang rata-rata 5%. Kecuali saat periode Covid 19 lalu.
Sementara itu pada triwulan I-2024 mulai melambat dari 5,11% menjadi 5,05% pada triwulan II-2024. Hal ini ternyata menjurus pada fenomena pertumbuhan lambat berkelanjutan. Sering disebut juga dengan istilah stagnasi sekuler.
Sebenarnya hal ini dapat terjadi karena tidak ada sumber ekonomi baru. Belum lagi faktor pendorong musiman triwulan I maupun II. Misalnya karena diselenggarakannya Pemilu, Ramadhan, hari libur maupun libur sekolah.
Berbagai faktor tersebut masih belum memberikan pengaruh terhadap semester I-2024. Sebenarnya pertumbuhan karena faktor musiman disebabkan adanya masalah struktural. Misalnya produktivitas yang lesu pada berbagai sektor.
Walaupun diproyeksikan ekonomi Indonesia tembus 5%, terdapat banyak sektor yang mengalami perlambatan. Pemerintah membutuhkan langkah strategis demi memastikan ekspansi pertumbuhan jangka secara menengah maupun panjang.
Untuk prediksi ekonomi RI menembus 5% sendiri juga diramalkan oleh berbagai lembaga internasional. Bank Dunia telah memperkirakannya sejak 8 Oktober 2024. Kemudian memprediksi ada peningkatan sebesar 5,1% pada tahun 2025.
Sebenarnya terdapat peningkatan pertumbuhan dibandingkan tahun 2024 yaitu hanya 4,9%. Keyakinan Bank Dunia disebabkan karena kekuatan ekonomi RI menguat. Khususnya menghadapi negara kawasan Asia Timur maupun Pasifik.
Konsumsi masyarakat terhadap investasi maupun belanja juga terus mendorong pertumbuhan. Tapi Bank Dunia juga memberikan hal yang perlu diwaspadai saat ekonomi Indonesia tembus 5% karena banyak sektor perlu dikembangkan.