Pemerintah mengeluarkan pernyataan perang geng Narkoba Ekuador untuk memberantas kartel. Hal ini diumumkan Daniel Noboa selaku Presiden Ekuador. Keputusan diberikan setelah kartel melakukan kekerasan 3 hari berturut-turut.
Noboa bahkan telah menyebutkan jika aksi terorisme hingga kekerasan terus meningkat signifikan. Tidak heran akan melakukan perlawanan terbesar pada para kartel narkoba. Tujuannya yakni untuk menghilangkan rasa ketidakamanan.
Pemerintah Ingin Menghentikan Perang Geng Narkoba Ekuador
Anggota kartel berpikir jika menghancurkan Presiden hingga menyerbu suara televisi menjadi langkah tepat. Bahkan melakukan penyanderaan terhadap pasukan keamanan. Hal ini tidak membuat pemerintah takut. Pernyataan geng narkoba ekuador diberikan setelah muncul konflik bersenjata internal. Lalu menyatakan ada 22 kelompok kriminal aktif sebagai organisasi teroris. Selanjutnya menurunkan pasukan khusus untuk memerangi.
Menurut pemerintah kelompok teroris menjadi sasaran anggota militer. Artinya melawan secara berani terhadap geng yang penuh kekerasan. Apalagi setelah melihat aksi yang terbilang tidak manusiawi. Anggota geng memutuskan menyerbu sekaligus menyandera orang-orang di stasiun televisi. Hal ini terjadi di Guayaquil dan viral ke seluruh dunia. Bahkan pada dini hari mengambil alih sebuah universitas.
Anggota geng dengan berani menodongkan senjata ke warga sipil seperti mahasiswa. Setelah peristiwa tersebut 13 orang ditetapkan menjadi tersangka, karena penyerbuan stasiun televisi dan serangan universitas. Terjadinya perang geng narkoba ekuador membuat pemerintah memutuskan memberlakukan jam malam. Selain itu mencari dan menghukum hakim maupun jaksa pendukung teroris yang dianggap sebagai pelindung geng.
Gelombang kekerasan terjadi karena muncul kabar El Fito kabur dari penjara. Pria bernama asli Jose Adolfo Macias merupakan pemimpin Los Choneros yang menjadi penanggung jawab perdagangan narkoba. Selain itu dianggap memiliki banyak cabang bersenjata besar yang berkaitan dengan Kartel Sinaloa. Tentu tidak kalah terkenal karena menjadi sindikat kriminal Meksiko. Tidak heran geng pimpinannya punya peran besar.
Gelombang Kekerasan di Guayaquil Disebabkan Geng Bersenjata
Perang geng narkoba ekuador terjadi dikota Guayaquil yang menjadi daerah konflik bersenjata paling ditakuti banyak orang. Banyak negara memonitori wilayah konflik tersebut. Pemerintah Ekuador memutuskan pada 8 Januari 2024 sebagai awal kondisi darurat. Ternyata tetap berjalan hingga sekarang karena kerusuhan Guayaquil terus berlanjut. Kelompok geng bersenjata tidak berhenti melakukan kekerasan.
Presiden Ekuador mengumumkan perang terhadap para kartel narkoba. Walaupun telah terjadi tiga hari gelombang kekerasan, tidak akan mundur. Angkatan bersenjata pemerintah tetap berperang menghadapi kartel. Bentrokan yang berlangsung ini telah menyebabkan 11 orang tewas. Selain itu pihak berwenang memberikan laporan tindakan kekerasan sulit dihentikan. Mulai dari pembakaran kendaraan, pengeboman sampai blokade.
Belum lagi perang geng Narkoba Ekuador bukan hanya terjadi dalam satu kota melakukan beberapa provinsi. Tentara kemudian mulai memeriksa warna dengan patroli. Tujuannya yakni untuk meminimalisir serangan dari geng bersenjata. Gelombang kejahatan karena kartel narkoba menyulitkan masyarakat. Pihak berwenang juga kemudian menangguhkan hak masyarakat hingga memobilisasi militer.
Masalah tambah buruk dengan penyanderaan sipir di Lapas Nasional. Bahkan penyanderaan tersebut membuat 139 sipir penjara terancam nyawanya. Pemerintah setempat juga tidak tinggal diam karena nyawa masyarakat sipil terancang. Apalagi sekaligus berperan dengan pedangan narkoba internasional.
WNI di Ekuador Dinyatakan Aman dan Selamat dari Serangan
Masalah perang narkoba ekuador berhasil menyita perhatian seluruh dunia termasuk Indonesia. Kementerian Luar Negeri memastikan WNI di Ekuador selamat. Kekerasan antar geng tidak membuat WNI menjadi korban. Berdasarkan informasi yang didapat tidak ada WNI menjadi korban hingga sekarang. Menurut data KBRI Quito setidaknya ada 48 orang di Ekuador. Kebanyakan memiliki profesi sebagai seorang misionaris.
Kebanyakan WNI terpecah dan tinggal dalam wilayah terpencil bukan di Guayaquil. Sebagian besar merupakan staf hingga keluarga KBRI di Quito. Cukup menenangkan karena pergerakan para WNI telah terdeteksi. Contohnya seorang WNI yang tinggal dan menetap di Guayaquil, tapi berada di luar Ekuador sehingga keamanannya terjamin. KBRI terus melakukan komunikasi untuk memastikan kestabilan ekonomi para WNI.
Apalagi perang geng narkoba harus dihadapi dengan rencana kontingensi. Tujuannya untuk mengantisipasi berbagai eskalasi terburuk. Tidak heran jika WNI diharapkan untuk tidak memasuki wilayah Guayaquil. Faktanya serangan berkaitan dengan kartel narkoba seringkali tidak kenal batas. Bahkan menyerang baik warga lokal maupun orang asing. Memperoleh informasi daerah aman semakin penting untuk masyarakat di Ekuador.
Permasalahan ini sepertinya terus berlanjut karena Jose Adolfo Macias berhasil kabur. Bahkan membawa gembong narapidana lainnya dari penjara Litoral Guayaquil. Padahal seharusnya Jose harus dihukum selama 34 tahun penjara. Sebenarnya telah menghabiskan masa penjaranya sejak 2011 setelah dinyatakan bersalah. Kasusnya bukan hanya narkoba yakni kejahatan terorganisir hingga pembunuhan.